8 Langkah Ignatian untuk menemukan kebebasan sejati
Ignatius dari Loyola menemukan kebebasan sejati ketika ia belajar mendengarkan suara Tuhan. Proses tersebut memakan waktu yang sangat lama, berawal dari terlukanya ia di benteng Pamplona.
Kakinya – dan mimpinya – hancur. Apakah hal seperti ini pernah terjadi pada Anda? Tentu saya, yang dimaksud di sini bukan pengalaman persis secara harafiah seperti Ignatius. Kita percaya hidup itu penuh lika liku dan kadang terjadi tidak sesuai yang kita harapkan. Namun, bagaimana kita mengatasinya? Apakah kita harus kecewa? Sakit? Atau kita malahan merasa pengalaman jatuh itu sebagai modal untuk harapan yang lebih cerah lagi, menuju keyakinan baru…. Bahkan cinta? Kebebasan sejati merupakan usaha untuk menjadi diri sendiri, bukan tentang menempatkan Anda di pusat hidup ini, melainkan bagaimana menempatkan Kristus di pusat hidup kita. Ignatius mendapatkan kebebasan sejati dari berbagai pengalaman yang diolahnya dan inilah 8 cara menurut St. Ignatius untuk menuju kebebasan sejati.
1. Examen
adalah sebuah istilah Ignatian yang berarti meluangkan waktu untuk memperhatikan situasi yang terjadi pada diri Anda dan juga bagaimana hati Anda meresponnya. Kita melihat pelan-pelan situasi kita saat itu dari yang hanya membayangkan peristiwanya sampai menuju merefleksikannya ke tinggat yang lebih mendalam. Dengan metode seperti ini, lambat laun kesadaran kita akan terbentuk, yaitu kesadaran untuk selalu menuju ke tingkat kedalaman rohani. Dalam examen ini, kita juga belajar bagaimana menemukan suara Allah yang dapat meluruskan jalan kita atau sebaliknya menemukan cara-cara roh jahat yang dapat membuat kita semakin menyimpang dari Allah.
2. Imaginasi
Igantius mengajarkan bahwa Imaginasi dapat digunakan sebagai cara untuk terhubung dengan kisah-kisah Yesus di dunia. Maka, imaginasi tidak hanya berkaitan dengan hal-hal buruk atau kotor, melainkan dapat kita gunakan untuk bertemu dengan Allah. Bagaimana caranya? Ignatius mengatakan, “Bayangkanlah Anda sedang Bersama Yesus. Bayangkan Anda berada di sebuah kolam dan tiba-tiba Yesus dating…dan menyembuhkan Anda (Yoh 5, 1-15). Bayangkanlah diri Anda yang ditolak teman-teman…dan kemudian Anda disembuhkan (Luk 5,17-26). Bayangkanlah Anda memulai sesuatu yang baru dalam hidup Anda.
Biarkanlah impian Anda bersatu dengan impian Allah. Apakah kita berani melepaskan impian kita demi Allah? Sama seperti ketika Yesus berbicara dan berjalan, membantu dan menyembuhkan. Kita dapat mengimaginasikan diri kita saat mendengarkan Ia berbicara dan kita terkesima bahkan ingin ikut serta berjalan bersama Dia. Anda pergi ke berbagai tempat, mendapatkan pengajaran dari Yesus secara langsung dan juga merasakan cinta Allah yang diajarkan secara langsung kepada kita. Dengan imaginasi, kita belajar untuk hidup dan mencintai seperti Yesus sendiri. Ini adalah perjalanan seumur hidup dan ini bisa dimulai dari sekarang.
3. Carilah Pembimbing Rohani
Dalam dunia modern ini, ada kecenderungan untuk melakukan segala sesuatunya sendiri. Nah, bagaimana kalau ternyata yang kita lakukan salah. Kita baru bisa menyadari kesalahan itu Ketika kita memang sudah benar-benar tersesat. Ketika kita pergi bersama teman, tentu saja di situ kita saling percaya dan ketika mengalami kesulitan, kita menyelesaikannya bersama-sama. tentu saja di sini kita kagum dengan kehadiran orang lain yang dapat menutupi blind spot yang ada. Di situ kita mulai menerka-nerka bagaimana Roh Tuhan berkerja dalam diri orang lain. Namun, kita harus cermat memilih orang yang mendampingi kita karena Ketika orang itu memang tidak qualified, maka kita juga akan terjerumus ke hal yang juga buruk. Maka, temukanlah pembimbing Anda yang bijak dan memiliki akal sehat, yang dapat menjadi teman bercerita. Bisa saja orang itu adalah Jesuit atau seseorang baik dari lingkungan Anda. St. Theresia dari Avila berkata, “Berikanlah kepada saya seseorang yang memiliki akal sehat daripada seseorang yang suci”. Try it!
4. Buatlah Jurnal Harian
Journaling adalah tempat kita menemukan pengalaman pasang surut dan maju mundur hidup kita. Ignatius adalah penggemar berat Journaling. Dia tahu bagaimana kita kerap melupakan pengalaman harian kita, termasuk juga lupa bersyukur. Jika ini terjadi, kita bisa saya menyalahkan diri kita atau mencari kesalahan pada orang lain. Journaling membantu kita paham saat kita stuck dengan hidup kita, saat kita berkembang dan bahagia. Hal ini dapat membantu kita memperhatikan gerak pribadi kita setiap hari. Kadang kita sering mengalihkan pengalaman-pengalaman kita dengan begitu mudahnya switch ke handphone atau Netflix atau shopping. Menulis sebuah Journal akan menghentikan kita dari sikap cuek dan kemudian bergerak lebih dalam dan juga dapat lebih bersyukur.
5. Pergi keluar dan bantu sesama
Bagaimana jika dalam seminggu Anda menyempatkan diri untuk membantu orang lain. Satu atau dua jam membantu di Panti Asuhan atau hanya membersihkan sampah-sampah saja di sekitar rumah Anda dan tetangga atau membantu membersihkan gereja. Ini tidak harus dilakukan sepanjang hari atau sepanjang minggu. Setidaknya kegiatan ini dapat membuka mata Anda akan dunia luar dan bagaimana orang-orang berpendapat. Pengalaman ini dapat membebaskan Anda, lepas dari ketakutan dan prasangka-prasangka. Anda dapat melihat dengan mata baru, bahkan bisa jadi Anda menjadi diri Anda yang baru. St. Ignatius berkata, “Cinta lebih diperlihatkan dalam perbuatan daripada kata-kata”. Kita semua dipanggil untuk menjadi bagi orang lain, untuk melayani orang lain.
6. Temukanlah Kepemimpinan dalam diri Anda
Ya, kita semua adalah pemimpin. Kita mungkin bukan pemimpin di posisi teratas kantor kita atau di sebuah kantor pemerintahan. Kita sering salah kaprah kalau pimpinan kita adalah pimpinan yang sebenarnya, yang berkuasa atas diri kita dan punya tanggung jawab besar pada kita. Namun, Yesus membalikan semua pernyataan itu dan Ia berkata kalau pimpinan yang sejati adalah Kristus itu sendiri. Kepemimpinan berakarkan pada Kristus berarti kepemimpinan yang melayani, mendengarkan, mencintai, mem-back up, merangkul dan memaafkan. Dengan tolok ukur tersebut, kita semua bisa menjadi pemimpin. Anda bisa menjadi pemimpin dalam keluarga Anda, dalam kelompok teman bermain Anda atau di dalam kamar Anda sendiri. Saat kita dapat bertanggung jawab dengan semua yang ada dalam kamar kita, itu artinya Anda memiliki jiwa kepemimpinan.
7. Bacalah Alkitab setiap hari
Cara mudah untuk melakukan hal ini adalah dengan menggunakan fasilitas yang ada, seperti dalam e-Catolik atau aplikasi lainnya. Ketika Anda ingin membaca, temukanlah tempat yang tenang dan bacalah dengan perlahan. Perhatikanlah kata atau frase yang menyentuh Anda ataupun yang membuat Anda tidak suka. Mungkin setelah itu, pikiran akan mengembara kemana-mana. Dengan Alkitab, berbagai emosi kita dapat muncul dan yang terpenting ini dapat memberikan energi yang luar biasa bagi hidup Anda. Alkitab dapat menjadi sebuah barometer. Jangalah membacanya sebagai suatu instruksi moral yang perlu Anda lakukan atau lebih seringnya tidak dilakukan. Bacalah saja dan biarkan itu menggerakan Anda. It’s a spirit!
8. Diskresi
Diskresi adalah tentang bagaimana kita menemukan Kehendak Allah dalam hidup kita dan juga merangkum 7 poin lainnya di atas. Kita berdiskresi dengan mendengarkan kita sendiri. Kita juga berdiskresi dengan mendengarkan orang lain. Kita berdiskresi mengan mengimaginasikan dunia yang ideal impian kita dengan dunia realita yang ada. Kita berdiskresi dengan tidak diam, melainkan bergerak dan melayani. Semua ini adalah cara kita melakukan sebuah diskresi. Namun yang terutama adalah kita berdiskresi dengan mendengarkan Roh yang selalu menemani kita saat kita mengolah diri kita dengan 7 tuntunan di atas. Diskresi hanyalah mengenai bagaimana kita membeda-bedakan suara dari Allah dan dari roh jahat, kemudian memilih suara Allah.