Webinar Jesuit Indonesia, the Series
14 Juli 2022
Berjalan Bersama Ignatius
Join Zoom Meeting (click di sini)
Meeting ID: 859 9743 7186
Passcode: ignatius
14 Oktober 2021
Tema: Pendidikan Jesuit di Indonesia: Sumbangan dan Tantangan Masa Kini
Keterlibatan Jesuit dalam mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia hadir melalui layanan pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Seluruh upaya diarahkan untuk menjawab kebutuhan sesuai dengan tuntutan jaman agar mereka menjadi pemimpin-pemimpin masa depan yang mencintai Tuhan dan peduli pada sesama. Untuk itu, pada saat ini program-program pendidikan Jesuit dibingkai dalam 4 (empat) keprihatinan global: menunjukkan jalan untuk semakin mengenal Tuhan, berpihak kepada yang lemah/tersingkir, menemani orang muda, dan merawat alam ciptaan. Semoga pembicaraan kita dalam webinar ini mengundang keterlibatan untuk berefleksi atas sumbangan dan tantangan nyata layanan pendidikan Jesuit di Indonesia.
Link Materi Para Pembicara: https://drive.google.com/drive/folders/1F2tIxwIXnXu5oV7PhJlwPB49ujwQnt4k?usp=sharing
Link Galleri Webinar: https://ignatius500.jesuits.id/pendidikan-jesuit-untuk-indonesia/
Youtube Webinar: https://youtu.be/xJurd5lPCag
11 November 2021
Temu Orang Muda, Sahabat Jesuit
Webinar series merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dalam rangka merayakan 50 tahun Provindo. Melalui webinar bulanan ini, kita merefleksikan beberapa aspek karya Provindo. Tema webinar dalam bulan November ini adalah karya Provindo dalam mendampingi orang muda. Ini sesuai dengan preferensi kerasulan universal yang ketiga yaitu menemani kaum muda dalam menciptakan masa depan yang penuh harapan. Pater Arturo Sosa, dalam refleksi yang tertuang dalam Berjalan Bersama Ignatius mengatakan bahwa syarat untuk keberhasilan proses pendampingan ini adalah akan berhasil jika orang dewasa mau mendengarkan orang muda. Oleh karena itu, bentuk webinar bulan ini adalah mendengarkan orang muda yang telah didampingi oleh para Jesuit.
Link Galleri Webinar (klik di sini)
Rekaman Webinar (klik di sini)
9 Desember 2021
Seri III Webinar Jesuit Indonesia: Sumbangan dan Tantangan Spiritualitas Ignasian di Era Society 5.0
Latihan Rohani merupakan salah satu sumbangan St. Ignatius bagi Gereja. Dari Latihan Rohani tersebut kemudian diturunkan apa yang dikenal dengan Spiritualitas Ignasian. Dalam menjalankan karya perutusan, para Yesuit berupaya semakin banyak orang menghidupi nilai-nilai kristiani yang ditawarkan melalui Latihan Rohani. Dari Roh Latihan Rohani tersebut, para Jesuit percaya, itulah yang menggerakan banyak orang untuk setia dan magis dalam membantu Gereja dan mengembangkan karya karya. Namun saat ini, dunia telah ditandai dengan sekularisme dan hedonisme yang semakin gencar karena pengaruh teknologi. Spiritualitas termasuk Latihan Rohani mendapatkan tantangannya. Webinar ini akan merefleksikan tantangan Spiritualitas Ignasian di era Society 5.0.
20 Februari 2022, 19.30 – 21.00
Bincang-Bincang Sejarah Provindo: “Indonesianisasi”: Ruwetnya Identitas
Bersama: P. Suryanto Hadi (Dosen Sejarah USD), Fr, Andre Mantiri (Mahasiswa Teologi Wedabhakti), Fr Lambertus ALfred dan Fr. Petrus Craver (Mahasiswa STF Driyarkara).
Penanggap: P. Carolus Putranto (Provinsial ke VI Jesuit Indonesia)
Moderator: Claudia Rosari Dewi (Magis Jogja)
Rekaman Webinar Indonesianisasi
Setiap orang atau kelompok pasti ingin memperjuangkan sebuah jati diri atau identitas dirinya karena itu dapat menunjukkan otentisitas dirinya dan juga nilai yang keluar dari dirinya. Jesuit Indonesia mengalami sejarah yang kurang lebih sama yaitu ingin mengelaborasi “Siapakah Jesuit Indonesia?” yang lahir dari Jesuit Belanda dan berkembang dalam konteks Nusantara, tidak hanya Jawa.
Indonesianisasi dalam Jesuit Indonesia sendiri sering begitu saja dipahami bahwa itu merujuk pada suatu ‘peristiwa tertentu’. Namun, sejauh ini belum ada gambar yang jelas dan lebih menyeluruh mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada waktu itu. Boleh jadi, untuk kurun waktu yang cukup panjang banyak Jesuit masih enggan membeberkan ‘Indonesianisasi’ di Provinsi Indonesia ini.
Webinar kali ini ingin membeberkan apa yang terjadi dalam Sejarah Jesuit Indonesia sebagai sebuah Provinsi yang memiliki kekhasan dari identitasnya. Tema kali ini adalah tentang Indonesianisasi yang akan mengangkat tema tentang Ruwetnya Sebuah Identitas. Walau demikian, kita berbangga bahwa hasil dari proses tersebut sangat membanggakan kita dan itu membutuhkan kerendahan hati dan pengorbanan dari para Misionaris Belanda.
13 Maret 2022
Kiprah Jesuit Indonesia dalam Dialog Agama dan Kultur: Perubahan Paradigma
Bentuk Webinar: Pemaparan buku Yesuit dan Muslim (2022) oleh penulis (Antonius Siwi Dharma Jati, SJ; Yoannes Berchmans Heru Prakosa, SJ; Yohanes Krisostomus Septian Kurniawan, SJ) dalam bentuk dialog interaktif yang dipandu oleh moderator (Dr. Rhoma Dwi Aria Yuliantri, S.Pd., M.Pd), ditanggapi oleh Prof. Syafa’atun Almirzanah, Ph.D., D.Min yang menulis “Kata Pengantar” untuk buku ini, dan kemudian ditanggapi oleh Rm. Heri Setyawan, SJ. Sesudah itu, acara dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi.
Join Zoom Meeting (click di sini)
Meeting ID: 859 9743 7186
Passcode: tobat
Webinar seri kelima ini hendak membahas dinamika Jesuit Indonesia dalam upaya untuk berjalan bersama dengan umat Muslim guna membangun Indonesia. Selain memaparkan kiprah para Jesuit Indonesia, webinar kali ini juga hendak membedah buku Yesuit dan Muslim (2022) yang memuat narasi dan refleksi atas karya kerasulan para anggota Serikat Jesus dalam menanggapi tantangan seputar relasi dan perjumpaan dengan saudara-saudara Muslim di Indonesia, sejak masa lalu—katakan saja sejak Romo van Lith, SJ—hingga saat ini. Dalam buku ini, terjabarkan bagaimana para Jesuit melakukan berbagai model pendekatan untuk menyikapi kebersamaan hidup dari aneka bidang karya, seperti bidang formasi atau pembinaan, intelektual, kemasyarakatan, sosial, pendidikan, paroki dan komunitas basis, retret dan spiritualitas, serta komunikasi dan audio visual. Secara umum, dinamika relasi pendekatan yang ditempuh oleh para Jesuit dengan kaum Muslim di Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu sikap mau berjalan sendiri-sendiri, berjalan bersama lewat kajian tekstual, dan berjalan bersama secara kontekstual dengan arah hendak saling belajar.
Lewat narasi dan refleksi yang termuat dalam buku ini, diharapkan karya kerasulan seputar dialog dan perjumpaan antarumat beriman di Indonesia pada umumnya, juga antara umat Kristiani dan Muslim pada khususnya, dapat semakin berkembang dan berbuah secara positif. Dalam kerangka ini, peran para Jesuit memang perlu mendapat perhatian mengingat sejak St. Ignatius Loyola, para Jesuit telah memberikan perhatian yang konsisten untuk terus mau bersentuhan dengan dunia Islam atau meminjam kata-kata dari tokoh akademisi Muslim Indonesia, Prof. Syafaatun Almirzanah, Ph.D, D.Min dari UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, “pada dasarnya Islam telah bersarang atau tertanam sebagai bagian dari DNA Jesuit”.
Webinar ini diadakan dalam rangka perayaan 50 tahun Serikat Jesus Provinsi Indonesia dan 500 tahun pertobatan pendiri Serikat Jesus, St. Ignatius Loyola, untuk mendukung upaya penyemaian nilai dialog, keterbukaan, dan penghargaan akan perbedaan, demi terbangunnya persaudaraan sejati di negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia ini. Tidak dapat dimungkiri nilai-nilai tersebut menjadi sesuatu yang signifikan dan sekaligus mendesak untuk terus-menerus dibangun oleh para kolega Jesuit, serta tentu saja oleh seluruh kaum beriman di Indonesia.
Minggu, 3 April 2022
Berjalan Bersama Orang Muda: Belajar dari Kiprah Provindo selama Reformasi 1998
Webinar Seri ke VI ini membawa latar belakang Peristiwa Reformasi 1998 yang telah menjadi tonggak sejarah perpolitikan di Indonesia. Krisis politik dan moneter yang menyerang Asia pada 1996 dan 1997 meledakkan kesadaran kolektif untuk mengusung agenda reformasi. Agenda yang demikian besar ini mengakibatkan begitu banyak korban sipil berjatuhan oleh karena krisis kemanusiaan yang diduga diorkestrasi oleh segelintir orang. Babak baru tersebut tidak dapat dipisahkan dengan rangkaian krisis moneter yang telah berlangsung sejak Juli 1997 di Thailand dan menyebar ke beberapa negara lain termasuk Indonesia.
Pada waktu itu, para Jesuit menggeliat bergerak aktif menanggapi panggilan Raja Abadi untuk menyelamatkan jiwa-jiwa orang yang tidak bersalah, yakni para korban. Agenda Reformasi 1998 yang penuh dengan ketegangan itu membutuhkan tanggapan cepat dan penuh risiko. Tak dipungkiri bahwa para Jesuit pun terbelah dua: pro dan kontra reformasi. Walaupun demikian, sebagian besar anggota Provindo mencoba memberikan sumbangan dengan berbagai macam cara: tenaga, pemikiran, keterlibatan nyata, tempat, dan doa.
Periode Reformasi 1998 merupakan salah satu situasi krisis bangsa Indonesia yang ikut menentukan arah dan kebijakan Provindo dalam keterlibatan nyata di bidang sosial-politik dan kemanusiaan. Pengalaman mengasah komitmen sosial-kemanusiaan pada periode reformasi ini ikut mempengaruhi perumusan visi dan misi Provindo, terutama pada tahun 2010. Dalam visi, ditegaskan bahwa “Serikat Jesus Provindo adalah kelompok sahabat yang dipanggil melayani Gereja, bekerja di wilayah batas, berdialog, membela orang miskin, membangun budaya kasih, dan melestarikan lingkungan hidup.” Dalam misi, dirumuskan tiga arah programatik Provindo untuk terlibat dalam masalah-masalah (1) luasnya kemiskinan; (2) kerusakan lingkungan hidup; dan (3) kerusakan hidup berbangsa terutama oleh radikalisme agama.
Webinar kali ini akan membahas Krisis kemanusiaan yang terjadi pada peristiwa Reformasi 1998 yang memanggil para Jesuit untuk turut bergerak berjalan bersama orang muda dan rakyat yang tersalib. Pelayanan kemanusiaan para Jesuit di era Reformasi 1998 terwujud konkret dalam dua aksi utama, yaitu gerakan orang muda tanpa kekerasan dan kehadiran Institut Sosial Jakarta (ISJ). Dua aksi tersebut menjadi tempat bagi para Jesuit mewujudkan semangat Panggilan Raja Abadi di tengah realita penderitaan yang mengerikan akibat dari agenda besar Reformasi 1998.
Tentunya peristiwa tersebut telah menjadi sejarah yang sangat menarik di negri kita dan kita perlu belajar dari pengalaman tersebut, terutama dalam menyadarkan orang muda dalam membangun Negara yang anti kekerasan, pro pada rakyat dan peduli pada kemanusiaan.
Minggu, 15 Mei 2022
Perutusan di Timor Leste: Memori, Rekonsiliasi dan Pembelajaran
Webinar Seri ketujuh ini akan menarasikan bagaimana Serikat Jesus Provindo dalam menemani rakyat Timor Timur menuju kemerdekaannya. Pelbagai memori peristiwa mulai dari kedatangan misionaris Provindo sampai dengan peristiwa referendum beserta refleksinya dipaparkan untuk memberi gambaran tentang signifikansi peran Provindo bagi bangsa Timor Leste, bagi Indonesia, dan juga Serikat Jesus. Oleh karena itu, judul yang kami angkat adalah Jalan Panjang Menemani Rakyat Menuju “Kemerdekaan”: Memori dan Refleksi Mengenai Misi Serikat Jesus Provindo di Timor Timur dalam Kurun Waktu 1976 s.d. 2002.
Sebagai sebuah bangsa, orang Timor jelas memiliki kesadaran akan identitas nasionalnya. Timor Timur yang sudah lama dikolonisasi oleh Portugal dan hidup dalam suasana penjajahan membuat pola-pola kekerasan terus bergema di sekitar mereka. Demikian masuknya Indonesia menjadikan kekerasan massal kembali terulang. Di tengah-tengah kedatangan pasukan Indonesia, nostri Provindo mulai diutus ke Timor Leste. Mereka mulai berkarya di paroki, sekolah, pertanian, dan karya sosial. Meskipun mereka ingin terlibat dan berkarya bersama orang lokal, tetapi identitas mereka sebagai orang Indonesia atau suku Jawa banyak menimbulkan tegangan dalam perutusan.
Situasi semakin memanas menjelang referendum. Namun dengan diskresi luar biasa para Jesuit memilih tetap bertahan di sana menemani umat yang terpecah-belah dan menderita. Referendum terjadi pada 30 Agustus 1999. Hasil referendum mengatakan sekitar 80% rakyat Timor menolak adanya otonomi khusus dan menginginkan kemerdekaan. Tentu saja dengan hasil seperti ini, 20% lainnya yang pro Indonesia tidak menerima hasil tersebut. Situasi akhirnya memanas dan ketegangan terjadi di berbagai tempat, juga muncul milisi di beberapa tempat. Pada tanggal 4 September 1999, kekacauan makin terjadi. Kelompok-kelompok yang tak puas dengan hasil referendum merusak fasilitas-fasilitas umum dan membakarnya. Selain itu,muncul adanya pembunuhan di mana-mana. Jalur damai setelah refrendum tidak terjadi seperti yang diharapkan. Romo Dewanto dan Romo Albrecht adalah korban dari kerusuhan tersebut. Mereka menjadi korban karena mereka mencoba melindungi rakyat Timor.
Trauma yang dirasakan rakyat Timor telah begitu mendalam hingga memengaruhi persepsi mereka. Maka, usaha rekonsiliasi perlu digalang dengan kekuatan raksasa supaya muncul tindakan-tindakan solidaritas dari pelbagai pihak. Jesuit dengan karyanya bagi orang-orang yang miskin, telantar, dan menderita dengan usaha luar biasanya telah berusaha menjadi sahabat agar rakyat Timor mampu menatap masa depan. Dalam perutusan di Timor Leste, para Jesuit telah belajar dan terlibat menanamkan nilai-nilai Kristiani, Ignatian, dan Keserikatan melalui kesediaan masuk ke dalam wilayah ketegangan. Para Jesuit juga secara nyata masuk dalam realitas antara kebutuhan Gereja dan masyarakat yang menuntut keterlibatan nyata melalui konteks politik yang harus diperhitungkan.
Karya di Timor Timur telah meninggalkan memori yang tak ternilai karena di sana Jesuit Provindo berjuang memerdekakan manusia. Bagi orang muda saat ini, yang sama sekali tidak merasakan penderitaan karena konflik atau kekacauan yang bukan diakibatkan oleh diri kita sendiri, pelu dikatakan bahwa kemerdekaan itu luar biasa mahalnya. Pengalaman Timor Leste telah mengajari arti kemerdekaan dan kemanusiaan sebagai sesuatu yang sangat luhur karena terkait dengan kebenaran. Referendum itu sendiri adalah kebenaran yang ternyata dicita-citakan dan mungkin akhirnya menjadikan manusia mampu menatap masa depan yang lebih baik.
Klik untuk melihat video rekaman
12 Juni 2022
MENGGALI KELANJUTAN NARASI: Misi Para Jesuit di Luar Jawa Abad ke-19
Webinar Seri kedelapan ini membawa latar belakang Misi Para Jesuit di Luar Jawa Abad 19. Tema yang kami angkat adalah menggali kelanjutan Narasi ber-Misi bagi Serikat Jesus Provinsi Indonesia untuk masa-masa sekarang ini.
Semangat misi di bumi nusantara kiranya mewarisi keberanian para Jesuit awal zaman Ignatius yang bersedia menyerahkan diri untuk dikirim ke wilayah-wilayah asing. Sebagai contoh, Ignatius mengirim Fransiskus Xaverius ke India, sebuah pinggiran dunia waktu itu. Ignatius juga mengirim 10 Jesuit bertalenta ke Messina, Sisila, untuk membangun Kolese Jesuit pertama dalam upaya pendidikan anak-anak di sana dan pembangunan kota itu sendiri. Semangat ini pulalah yang kembali ditegaskan oleh Paus Paulus VI pada tahun 1975 ketika dia berbicara mengenai “jalan persimpangan” dan “batas peri-peri”, untuk menggambarkan sebuah frontier. Dia mengatakan “di mana pun di dalam Gereja, bahkan ketika di tempat yang paling sulit dan ekstrim, di mana ada di sana ada pertentangan antara keinginan terdalam manusia dan batas-batas perennial pesan Injil, di sana harus dan sudah ada Jesuit.”
Jika kita menarik ke peristiwa sekarang, Kalimantan, misalnya, yang dahulu Jesuit pernah menanamkan benih namun kemudian ditinggalkan, kini menjadi wilayah frontier baru. Keuskupan-keuskupan yang mengundang dan memerlukan tenaga Jesuit menjadi dunia baru bagi para Jesuit Indonesia untuk menanamkan kabar gembira dan memajukan Gereja. Kalimantan yang telah mengalami eksploitasi luar biasa itu, kini menjadi wilayah yang barangkali Serikat Jesus Indonesia dapat, bersama Serikat Universal dan segenap yang lain, mewujudnyatakan preferensi untuk melindungi kelangsungan lingkungan hidup (keprihatinan ekologis), membela mereka yang dipinggirkan (option for the poor and the excluded), menemani orang-orang muda yang memimpikan masa depan yang penuh harapan, dan menunjukkan jalan kepada Allah yang sejati. Tentu saja, karena Gereja telah berkembang di wilayah ini dengan berbagai unsur dengan peran-peran penting masing-masing, Serikat Jesus terutama berperan mengisi celah (gap) pelayanan yang masih ada.
Maka, barangkali inilah kelanjutan narasi di tempat-tempat yang dahulu pernah ditinggalkan bagi para Jesuit Indonesia zaman ini: bersama yang lain memberikan kontribusi khusus yang memang diperlukan dalam usaha mewujudnyatakan berita mengenai datangnya Kerajaan Allah. Inilah yang akan kami gali dalam webinar kali ini, yaitu bagaimana Serikat Jesus dalam semangatnya yang berani untuk bermisi tetap berkobar di dunia yang penuh perkembangan teknologi dan budaya ini. Dalam keterbatasan para Jesuit, apakah kami tetap bisa mewartakan Kerajaan Allah kepada orang-orang yang membutuhkan.
“Dalam Kristus kita dibarui dan diutus”
Seri Webinar dalam rangka Tahun Ignatian dan 50 Tahun Provinsi Indonesia Serikat Jesus (Provindo)
Perayaan Tahun Ignatian (20 Mei 2021-31 Juli 2022) dan 50 tahun berdirinya Serikat Jesus di Indonesia sebagai Provinsi (Provindo) adalah kesempatan istimewa. Kita diundang merefleksikan relevansi pertobatan Santo Ignatius, agar kita dibarui oleh Kristus seperti Ignatius sendiri. Keluarga besar Provinsi Indonesia Serikat Yesus pun diundang untuk membarui perutusan yang sudah dilakukan selama 50 tahun terakhir, sebuah perutusan yang berasal dari kharisma Santo Ignatius.
Serikat Jesus memang sudah hadir sejak abad 16 di Nusantara dengan kehadiran Santo Fransiskus Xaverius dengan jaringan Portugis; lalu karya para Jesuit dari Belanda mulai paruh kedua abad 19 yang menyentuh banyak bagian Nusantara, sebelum akhirnya berpusat di Jawa. Karya ini berkembang dan pada tahun 1971 Serikat Jesus di Indonesia ditetapkan sebagai sebuah “provinsi” yang mandiri.
Dinamika yang terjadi kemudian menjadi sangat menarik karena berhubungan dengan banyak hal: perkembangan masyarakat Indonesia yang kompleks, termasuk demokrasi dan politik, peran agama dalam konstelasi budaya yang berubah, pencarian paradigma pendidikan dalam masyarakat yang ditandai oleh ketegangan antara peran negara, modal dan masyarakat sipil; juga berhubungan dengan Gereja Katolik Indonesia yang juga berkembang dengan kekhasannya sendiri. Pada saat yang sama Provindo juga ditarik diundang untuk menanggapi kebutuhan di pelbagai tempat di Asia, seperti Thailand, Kamboja, dan Myanmar, serta kerjasama di Roma.
Setelah 50 tahun hadir sebagai provinsi yang mandiri, kita menengok ke belakang untuk memetik pembelajaran berharga, agar kita bisa melibati masa kini dengan lebih antusias dan lebih baik, dan membangun masa depan dengan kolaborasi yang lebih luas. Seri Webinar ini diadakan sebagai wahana refleksi bersama.
Waktu:
Setiap Kamis kedua dalam bulan, jam 19.00 – 21.00